Laman

Minggu, 09 Januari 2011

Asuhan Keperawatan Luka Bakar

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar Penyakit
2.1.1        Definisi Luka Bakar
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi ( Moenajat, 2001).
      2.1.2  Etiologi
Disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik.
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu :
1.  Fase akut
Pada fase ini problema yang ada berkisar pada gangguan saluran napas karena adanya cedera inhalasi dan gangguan sirkulasi. Pada fase ini terjadi gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemik.
2.  Fase sub akut
Fase ini berlangsung setelah shock berakhir. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan (kulit dan jaringan dibawahnya) menimbulkan masalah inflamasi, sepsis dan penguapan cairan tubuh disertai panas/energi.
      3.   Fase lanjut
Fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadi maturasi. Masalah pada fase ini adalah timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lainnya.

2.1.3  Patofisologi
Luka bakar mengakibatkan peningkatan permebilitas pembuluh darah sehingga air, klorida dan protein tubuh akan keluar dari dalam sel dan menyebabkan edema yang dapat berlanjut pada keadaan hipovolemia dan hemokonsentrasi. Burn shock ( shock Hipovolemik ) merupakan komplikasi yang sering terjadi, manisfestasi sistemik tubuh trhadap kondisi ini adalah :
1. Respon kardiovaskuler
perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler mengakibatkan kehilangan Na, air dan protein plasma serta edema jaringan yang diikuti dengan penurunan curah jantung Hemokonsentrasi sel darah merah, penurunan perfusi pada organ mayor edema menyeluruh.
2.  Respon Renalis
Dengan menurunnya volume intravaskuler maka aliran ke ginjal dan GFR menurun mengakibatkan keluaran urin menurun dan bisa berakibat gagal ginjal
3. Respon Gastro Intestinal
Respon umum pada luka bakar > 20 % adalah penurunan aktivitas gastrointestinal. Hal ini disebabkan oleh kombinasi efek respon hipovolemik dan neurologik serta respon endokrin terhadap adanya perlukan luas. Pemasangan NGT mencegah terjadinya distensi abdomen, muntah dan aspirasi.
4. Respon Imonologi
Sebagian basis mekanik, kulit sebagai mekanisme pertahanan dari organisme yang masuk. Terjadinya gangguan integritas kulit akan memungkinkan mikroorganisme masuk ke dalam luka.

2.1.4  Manifestasi Klinis
1.  Berdasarkan kedalaman luka bakar
a.  Luka bakar derajat I (Luka bakar superficial)
-  Kerusakan terjadi pada lapisan epidermis, tampak merah muda, kulit kering, hiperemi berupa eritema, dan tidak ada lepuh, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi dan Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 5-10 hari.
      b.  Luka bakar derajat II (Luka bakar dermis)
-   Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, tampak merah muda terang sampi pucat, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi, dijumpai bulae, nyeri karena ujung-ujung saraf teriritasi,sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal.
Luka bakar derajat II ini dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
1.      Derajat II dangkal (superficial)
§   Kerusakan mengenai bagian superfisial dari dermis.
§ Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
§   Penyembuhan terjadi spontan dalam waktu 10-14 hari.
2.      Derajat II dalam (deep)
·     Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
·     Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
·     Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi lebih dari sebulan.
c.   Luka bakar derajat III
      Luka bakar ketebalan penuh
§   Kerusakan meliputi seluruh lapisan dermis dan lapisan yang lebih dalam.
§ Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea mengalami kerusakan.
§    Tidak dijumpai bulae.
§  Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering letaknya lebih rendah dibanding kulit sekitar.
§    Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar.
§  Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian.
§     Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi proses epitelisasi spontan dari dasar luka.

2.1.5  Klasifikasi luka bakar
Untuk membantu mempermudah penilaian dalam memberikan terapi dan perawatan, luka bakar diklasifikasikan berdasarkan penyebab, dan keseriusan luka, yakni :
1.  Berdasarkan penyebab
§ Luka bakar karena api
§ Luka bakar karena air panas
§ Luka bakar karena bahan kimia
§ Laka bakar karena listrik
§ Luka bakar karena radiasi
§ Luka bakar karena suhu rendah (frost bite).
2.  Berdasarkan tingkat keseriusan luka
American Burn Association menggolongkan luka bakar menjadi tiga kategori, yaitu:
a.   Luka bakar mayor
·        Luka bakar dengan luas lebih dari 25% pada orang dewasa dan lebih dari 20% pada anak-anak.
·        Luka bakar fullthickness lebih dari 20%.
·        Terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
·        Terdapat trauma inhalasi dan multiple injuri tanpa memperhitungkan derajat dan luasnya luka.
·        Terdapat luka bakar listrik bertegangan tinggi.
b. Luka bakar moderat
·        Luka bakar dengan luas 15-25% pada orang dewasa dan 10-20% pada anak-anak.
·         fullthickness kurang dari 10%.
·        Tidak terdapat luka bakar pada tangan, muka, mata, telinga, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar minor
Luka bakar minor seperti yang didefinisikan oleh Trofino (1991) dan Griglak (1992)
adalah :
·        Luka bakar dengan luas kurang dari 15% pada orang dewasa dan kurang dari 10 % pada anak-anak.
·        Luka bakar fullthickness kurang dari 2%.
·        Tidak terdapat luka bakar di daerah wajah, tangan, dan kaki.
·        Luka tidak sirkumfer.
·        Tidak terdapat trauma inhalasi, elektrik, fraktur.

4.      Ukuran luas luka bakar
Dalam menentukan ukuran luas luka bakar kita dapat menggunakan beberapa metode yaitu:
1.  Rule of nine
a Kepala dan leher : 9%
a Dada depan dan belakang : 18%
a Abdomen depan dan belakang : 18%
a Tangan kanan dan kiri : 18%
a Paha kanan dan kiri : 18%
a Kaki kanan dan kiri : 18%
a Genital : 1%
2.  Diagram
Penentuan luas luka bakar secara lebih lengkap dijelaskan dengan diagram Lund dan Browder sebagai berikut:
LOKASI
USIA (Tahun)
0-1
1-4
5-9
10-15
Dws
KEPALA
19
17
13
10
7
LEHER
2
2
2
2
2
DADA & PERUT
13
13
13
13
13
PUNGGUNG
13
13
13
13
13
PANTAT KIRI
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
PANTAT KANAN
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
KELAMIN
1
1
1
1
1
LENGAN ATAS KA.
4
4
4
4
4
LENGAN ATAS KI.
4
4
4
4
4
LENGAN BAWAH KA
3
3
3
3
3
LENGAN BAWAH KI.
3
3
3
3
3
TANGAN KA
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
TANGAN KI
2,5
2,5
2,5
2,5
2,5
PAHA KA.
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
PAHA KI.
5,5
6,5
8,5
8,5
9,5
TUNGKAI BAWAH KA
5
5
5,5
6
7
TUNGKAI BAWAH KI
5
5
5,5
6
7
KAKI KANAN
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5
KAKI KIRI
3,5
3,5
3,5
3,5
3,5

2.1.6 Komplikasi Lanjut Luka Bakar
q Hypertropi jaringan.
q Kontraktur.

2.1.7  Pemeriksaan Penunjang
1.  Diagnosa medis
2.  pemeriksaan dignostik
h laboratorium : Hb, Ht, Leucosit, Thrombosit, Gula darah, Elektrolit, Ureum, Kreatinin, Protein, Albumin, Hapusan luka, Urine lengkap, Analisa gas darah (bila diperlukan), dan lain – lain.
h Rontgen : Foto Thorax, dan lain-lain.
h EKG
h CVP : untuk mengetahui tekanan vena sentral, diperlukan pada luka bakar lebih dari 30 % dewasa dan lebih dari 20 % pada anak.
h Dan lain-lain.

2.1.8  Penatalaksanaan
1.  Penanggulangan terhadap shock
2.  mengatasi gangguan keseimbangan cairan
·        Protokol pemberian cairan mengunakan rumus Brooke yang sudah dimodifikasi yaitu :
1.  24 jam I : Cairan Ringer Lactat : 2,5 – 4 cc/kg BB/% LB.
a. ½ bagian diberikan dalam 8 jam pertama (dihitung mulai dari jam kecelakaan).
b. ½ bagian lagi diberikan dalam 16 jam berikutnya.
2.   24 jam II : Cairan Dex 5 % in Water : 24 x (25 + % LLB) X BSA cc.
3.  Albumin sebanyak yang diperlukan, (0,3 – 0,5 cc/kg/%).
 3.  Mengatasi gangguan pernafasan
4. Mengataasi infeksi
5. Eksisi eskhar dan skin graft.
6. Pemberian nutrisi
7. Rehabilitasi
8. Penanggulangan terhadap gangguan psikologis.

untuk asuhan keperawatan silahkan klick Askep Combustio


DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 Vol  1 , Jakarta, EGC
Doenges Marilyn E. Doenges. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, EGC
Engram Barbara. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah (Medical Surgical Nursing Care Plans) Vol 1, Jakarta, EGC
Soeparman. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Jakarta, Penerbit FKUI
Stanley J. Robbins. Buku Ajar Patologi II. Edisi 4, Jakarta, Penerbit FKUA Airlangga
Sylvia Anderson Price. Pathofisiologi : Clinical Concepts of disease processes. Edisi 6 Vol 2 jakarta, EGC

0 komentar:

Posting Komentar

Habis dibaca, jangan lupa komentarnya y...

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...